shape
shape
  • Home
  • Guru Menulis
  • Selamat Datang Kurikulum Berbasis Cinta: Menyemai Pendidikan dengan Love and affection.

Selamat Datang Kurikulum Berbasis Cinta: Menyemai Pendidikan dengan Love and affection.

Oleh: Abeng Hakim

Di tengah arus deras disrupsi pendidikan yang melanda dunia, kabar gembira datang dari lingkungan Kementerian Agama. Pada Juli 2025, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam resmi merilis Panduan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) melalui Keputusan Nomor 6077 Tahun 2025. Sebuah gebrakan baru yang patut dirayakan dengan suka cita oleh seluruh warga madrasah. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa Kurikulum Berbasis Cinta adalah wujud nyata harapan pendidikan masa depan: tidak hanya mencetak insan cerdas, tapi juga manusia berjiwa Love and affection.

Kehadiran KBC seperti menjawab jeritan sunyi dunia pendidikan kita yang selama ini kerap terjebak pada paradigma transfer ilmu semata. Sekolah hanya menjadi ruang hafalan, madrasah hanya menjadi mesin pencetak angka. Padahal, pendidikan sejatinya lebih dari sekadar kompetensi kognitif. Ia harus menyentuh nurani, anak didik yang humble, membentuk karakter, dan menumbuhkan jiwa.

Cinta sebagai Titik Tolak Pendidikan

Dalam Kurikulum Berbasis Cinta, pendidikan ditempatkan sebagai upaya membentuk manusia seutuhnya. Ada nilai kasih sayang, harmoni, dan peradaban yang ditegaskan sebagai fondasi utama. Pendidikan tidak lagi hanya berbicara soal lulus ujian, tetapi bagaimana siswa mampu menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri—manusia yang mencintai ilmu, sesama, dan lingkungannya.

MTs Attaqwa 03 Babelan menjadi salah satu contoh madrasah yang menyambut dengan penuh antusias hadirnya KBC. Salah satu implementasi menarik yang mereka lakukan adalah membangun budaya zero coretan di lingkungan madrasah. Tidak ada lagi coretan di meja, kursi, ataupun dinding kamar mandi. Ini bukan hanya soal kebersihan, tetapi refleksi cinta dan tanggung jawab yang tumbuh di hati para siswa.

Di tempat lain, mungkin vandalisme kecil-kecilan dianggap lumrah di kalangan remaja. Tapi kini, ketika cinta dijadikan pendekatan, kesadaran tumbuh dari dalam, bukan karena takut dimarahi guru. Ini adalah bukti bahwa nilai-nilai spiritual dan etis yang ditanamkan dengan cinta jauh lebih ampuh dari sekadar aturan.

Menulis dan Menjadi Diri Sendiri

KBC juga membuka ruang bagi kreativitas dan ekspresi diri siswa. Di MTs Attaqwa 03, para siswa diarahkan untuk menulis buku-buku kecil yang memuat ide, fantasi, bahkan mimpi mereka. Di tengah era digital, siswa dibimbing menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengemas gagasan mentah mereka menjadi karya tulis yang lebih rapi dan komunikatif.

Pendekatan ini bukan sekadar latihan menulis, tetapi bentuk konkret bagaimana madrasah memberi ruang kepada anak untuk menemukan dan mencintai versi terbaik dari dirinya. Mereka tidak hanya belajar dari buku, tapi juga dari diri sendiri—menggali imajinasi dan menyalurkannya dalam bentuk karya. Di sinilah letak nilai cinta itu tumbuh: cinta terhadap potensi diri.

Menuju Madrasah Penuh Cinta

Kurikulum Berbasis Cinta bukan sekadar panduan administratif yang akan mengisi rak-rak ruang guru. Ia adalah ruh baru pendidikan Islam yang membawa semangat transformatif. Cinta, yang selama ini dianggap abstrak, kini menjadi strategi nyata dalam membentuk karakter siswa.

Tentu, keberhasilan KBC tidak akan terjadi dalam semalam. Ia butuh strategi implementasi yang cermat, kesabaran, serta komitmen semua pihak: guru, siswa, orang tua, hingga pemangku kebijakan. Tapi satu hal yang pasti: jika cinta sudah menjadi landasan, maka proses pendidikan akan berjalan dengan lebih manusiawi dan bermakna.

Sudah saatnya kita tidak hanya membangun madrasah yang cerdas secara akademik, tapi juga madrasah yang hangat secara emosional dan kuat secara spiritual. Maka, mari kita sambut Kurikulum Berbasis Cinta bukan hanya sebagai kebijakan baru, tapi sebagai semangat baru dalam menyemai generasi yang berakhlak, berdaya, dan berperadaban.

Selamat datang, Kurikulum Berbasis Cinta! Semoga madrasah-madrasah kita menjadi taman yang penuh kasih, tempat terbaik bagi anak-anak kita bertumbuh menjadi insan kamil.

Comments are closed